Monday, January 28, 2013

Puppy Love 1

continuing from Puppy Love: The Rising

Pagi yang cerah dengan sinar mentari yang meluas merangkul alam indahku.

Ehm..itu sekedar kalimat pembuka aja sih. Oiya, kalian masih ingat Kusti, kan? Dia yang aku sebut sebagai insan mulia. Kali ini aku akan bercerita tentangnya.

Dialah Kusti Indriawati Kusumaning Tamara. Sebenarnya memang lebih bagus dipanggil Tamara, tapi dia lebih suka dipanggil Kusti. Padahal tak sedikit teman-teman dikelas mengolok namanya "Kus...ti...kus...ti....kus.... hahahahaha"
dan Kusti hanya diam dan ikut tertawa.

"Kusti, kenapa kamu diam saja saat teman-teman mengejekmu?" tanyaku saat itu.
"Soalnya, kata bunda, itu berarti sebenernya mereka sayang sama aku," itulah jawaban yang mengejutkan yang terlontar dari mulut unyu si Kusti kecil nan berpipi gembul.
"Tapi kan mereka jahat," -> ini kata-kataku waktu masih kecil, ya.
"Enggak kok. Mereka kan suka namaku. Aku juga suka namaku." jawab Kusti tersenyum bangga.

Oke, teladan darinya yang kuingat hingga kini. Jika ada yang mengolok namamu, itu berarti mereka suka pada namamu. Teori Kusti tentang nama membuatku bertahan di Indonesia hingga saat ini.


***
"Kusti!" teriak seorang anak dari SD sebelah, sambil berlari ke arah aku dan Kusti yang sedang asyik memandangi bapak penjual gulali.
"Apa?" jawab Kusti
"Si Shinta nangis lho..."
"Lho kenapa?"
"Ayok, ikut masuk ke sekolahku aja wes, nanti kamu tau sendiri," katanya sambil menyeret tangan gembul Kusti.
"Aku tunggu di sini, ya, Kusti" teriakku
"Iya.."

Setelah gulali kudapat ditangan, dan bapak penjual gulali tersenyum girang sambil menerima uang dariku, aku segera menyusul Kusti ke SD sebelah.

Suasana SD sebelah begitu asing, tak seorang pun yang kukenal disana. Banyak anak kecil ingusan berlarian bermain bola di lapangan, banyak bapak ibu guru yang berlalu lalang, banyak monster berkepala naga,  banyak anak perempuan yang bermain lompat tali. Yah, namanya juga SD.

Saat itu, aku melihat Kusti sedang berbicara dengan segerombolan anak perempuan. Sebenarnya aku ingin memanggilnya, tapi aku lihat salah satu anak dalam gerombolan itu sedang menangis. Jadi, aku hanya bisa diam dan melihat dari jauh.
Sesaat kemudian, Kusti berlari ke sebuah kelas. Aku pun mengikutinya dari belakang.
Dari ekspresi Kusti, aku yakin dia sedang marah, sebal atau apa. Sambil makan gulali, aku pun ikut deg-degan melihatnya.

Aku intip saja dari jendela kelas yang dimasuki Kusti. Kusti bergegas berjalan menuju bangku paling ujung belakang. Brakk..!
Kusti menggebrak meja milik seorang anak laki-laki tambun nan unyu bermata sipit dan berwajah lugu.
"Kenapa kamu bilang kamu suka aku ke Shinta??!!"
Deg! Aku kaget mendengar kalimat Kusti barusan.
"Shinta nangis gara-gara kamu, Ci! Pokoknya kamu harus minta maaf sama Shinta!"
Kusti pun bergegas keluar kelas sambil berlari kembali ke SD kami. Cici pun menunduk kemudian melipat kedua tangannya diatas meja.

Aku yang saat itu masih polos, benar-benar tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

Bel masuk berbunyi. Tanda kelas akan segera dimulai. Tak seperti biasanya, Kusti hanya diam seharian ini.
"Kusti, ini gulali mu tadi."
"Makasih, ya"
***
KRIIING...KRIIIING...
"Halo," kataku
"Halo, bisa bicara dengan Tammy?"
"Oh, Hi, Kusti. Ada apa?"
"Ada PR apa buat besok?"
"Bahasa Indonesia halaman 14 yang A dan B. Udah, itu aja."
"Oh, ya udah, makasih ya Tammy,"
"Eh, Kusti. Tadi teman kamu dari SD sebelah kenapa nangis?"
"Iya, tadi itu, Shinta dan Cici itu teman ku dari TK. Shinta itu nembak Cici, tapi Cici bilang kalau dia suka aku. Terus, Shinta nangis. Hehehe udah wes, biarin"
"Nembak itu apa?"
"Yaa bilang 'aku suka kamu' gitu lho pokoknya..."
"OOh.. berarti Shinta suka Cici ya..?"
"Iya. Yaudah, ya, Tam. Malam"
"Malam"
***
FYI: saat itu kami baru duduk di kelas 3 SD. Yah.. begitulah. Cukup complicated untuk anak SD seusia kami, but that's the fact happening in Indonesia.

But, wait..
Kenapa Kusti saat itu marah ke Cici? Kenapa Kusti maksa Cici buat suka Shinta?
Oiya, si Kusti saat itu suka Cici nggak, ya? 
Hmm... pasti dia nggak suka Cici, makanya dia marah-marah...
Hihihi lucu banget sih, mereka.

To be continued~

0 comments:

Post a Comment