Thursday, December 19, 2013

sekeripsi secrispy hatiku #hadeh --'

helˈəʊ ðeə !

Di semester 7 ini Sastra Inggris Brawijaya mau akreditasi, that's why kampusku ngadain lomba menulis skripsi, yaa semacam kompetisi menulis esai gitu laaah, isinya 45-75 halaman dengan 5 chapter di dalamnya. Nama lombanya adalah 'Hibah for Young Learners'.

Syarat dan ketentuan lomba ini:

1.  Diperuntukkan khusus mereka yang mengumpulkan bab 1-3 untuk studi linguistik, dan bab 1-2 untuk studi literatur.
2. Hanya bisa diikuti oleh mereka yang kuat mental dan ketahanan fisik yang tangguh
3. Mampu bekerja keras dengan tenggat waktu yang membunuh (DEADline) sekitar 1 bulan untuk menyelesaikan SEMUA BAB.
4. Peserta dapat mengikuti lomba ini secara cuma-cuma alias GERRAATIS*)

5. Peserta yang lolos berhak mendapat hadiah Rp 2.000.000**) 


*) jika peserta tidak dapat menyelesaikan skripsi sampai bab 5 pada waktu yang ditentukan, maka peserta WAJIB membayar denda sebesar Rp 2000 / hari -> wes koyok penitipan sepeda nde arjosari ae
**) dipotong uang jajan, cemilan, uang bayar iuran RT dan uang bensin untuk admin jadi tinggal Rp 1.450.000

Keren yaa lombanya :D WOWOW!!

Sekripsi model beginian cuma ada dikampusku loh..
tapi sayangnya aku nda ikutan lombanya.. hufft 
aku merasa tak memenuhi kriteria nomer 2-4 :'((

Seringkali aku menemui temanku yang menjadi korban peserta lomba ini mengeluhkan badan yang capek, pegal, lebam dan darah kotor mata berat dan kelelahan.

Terkadang aku kasihan, bahkan terenyuh melihat wajah mereka yang penuh debu dan usang berkeliaran di lantai 5 (ruang dosen). Aku hanya bisa menyemangati mereka dalam hati.

Aku melihat ada yang aneh pada fenomena lomba menulis sekripsi ini.

No More Sacredness. Aku merasa tak ada lagi nilai ke-sakral-an dari proses skripsi itu sendiri. Skripsi berubah image menjadi sesuatu yang tak lagi ditakuti oleh mahasiswanya. Menulis skripsi menjadi sesuatu yang tak serumit sebelumnya. Menulis skripsi itu semudah menulis esai. Kau bisa menumpahruahkan semua isi otakmu tanpa peduli grammar, diction, dan citation. Deadline yang seolah jadi bom waktu membuat kita mengabaikan itu semua.
Ini yang kudengar dari peserta lomba: "Halah, wes, gapapa lah, sing penting ndang mari dan aku nda didenda".

Aku pun berfikir, nilai kesakralan skripsi hilang, terbukti dengan ada beberapa peserta lomba yang terkesan tak begitu paham dengan bidang kajian skripsi mereka sendiri, dan hanya peduli tentang DEADLINE or else just a matter of prestige. Karena musim sempro dan semua teman udah pada sempro, "aku yo kudu sempro rek. Yowes, sesuk daftar!" padahal secara pemahaman belum begitu matang. -->Aku kok songong yo nulis ngene. ckckck

Dan bahkan aku pernah mendengar hal ini dari salah satu dosen pembimbing: "Kalau mau mengumpulkan itu mbok ya lihat kondisi dosennya. Dan lucunya, kalian itu terkesan mendikte saya, Bu, pak, mohon segera meng-acc skripsi saya, karena saya mengikuti program hibah." 

-- Waddehel dengan itu semua. Buat kamu yang beranggapan 'TOLONG DAHULUKAN SAYA, KARENA SAYA IKUTAN LOMBA HIBAH'-- itu sama sekali bukan alasan kenapa kamu harus didahulukan. Yang membuat proses cepat atau lambatnya penulisan adalah kamu sendiri. Dan, you're not the only one yang butuh dosen pembimbing. Kenapa masih ada salah-salah. Kenapa kamu secara 'sopan' ngasih deadline ke dosen pembimbingmu. Kenapa kamu mau-maunya dijadiin tumbal kerja rodi itu. Itu hal negatif yang kulihat dari hal ini.

Well, itu uneg-uneg yang kurasain. Tapi, positifnya, dengan hilangnya image skripsi itu menyeramkan, para mahasiswa menjadi semangat dan tak ragu dalam melangkah (-kan kakinya menuju lantai 5). Maka, terciptalah kesan sempro itu menyehatkan. Dan itu berimbas baik bagi yang bukan peserta lomba. :) terimakasih, program hibah...

Selamat buat kalian yang lolos dan dapat hadiah yaaa... :D semoga kita semua diberi kemudahan dan kelancaran dalam membuat skripsi. Aaaamiin... ;* luv u all

0 comments:

Post a Comment