Saturday, January 26, 2013

Khadijah dan Muhammad saw.

“Jika segala kenikmatan hidup diserahkan kepadaku, dunia dan kekuasaan para raja Persia dan Romawi diberikan kepadaku, tetapi aku tidak hidup bersamamu, maka semua itu bagiku tak lebih berharga daripada sebelah sayap seekor nyamuk."
-ungkapan hati Khadijah r.a. kepada Rasulullah saw.-

Seperti itulah kira-kira ungkapan hati Khadijah r.a. tentang Rasulullah saw.

Jika bagi bangsa Arab Jahiliyah adalah sebuah pantangan bagi perempuan menyatakan perasaannya kepada laki-laki, maka tidak bagi Khadijah r.a. yang memang benar-benar mengagumi dan ingin hidup bersama Rasulullah saw.


Rasulullah saw. adalah putra tunggal dari Abdullah bin Abdul Muthalib dan Siti Aminah binti Wahab. Ayah beliau meninggal saat beliau berada dalam kandungan, sedangkan ibunda beliau meninggal sesaat setelah beliau dilahirkan. Beliau kemudian diasuh oleh pamannya yang seorang petinggi suku Quraisy yakni Abu Thalib. Sejak kecil, Rasulullah diajarkan ilmu perdagangan oleh pamannya. Sejak usia 10 tahun, beliau telah merantau dan menjadi pedagang dan penggembala di jazirah Arab.

Tindak tutur beliau yang begitu sopan, santun, lemah lembut dan penuh kejujuran adalah pribadi emas yang telah beliau miliki sejak kecil. Hingga semua orang yang mengenalnya menjulukinya Al-Amin (yang dapat dipercaya).

Kejujuran dan kecerdasan beliau dalam ekspansi dagang membuat nama Muhammad muda ini terkenal hingga ke segala pelosok Arab. Hingga suatu hari, seorang keponakan dari seorang ulama Majusi bernama Khadijah binti Khuwailid mendengar segala kebaikan tentang Muhammad.

Khadijah yang mengagumi segala kejujuran dan kecerdasan beliau pun menceritakan rasa kagumnya dan keinginannya untuk menjadikan Muhammad sebagai suaminya kepada sahabat terdekatnya yakni Nafisah binti Munyah.

Khadijah adalah seorang janda. Saat itu usia Muhammad sekitar 25 tahun dan Khadijah 40 tahun. Khadijah adalah seorang pengusaha kaya raya, dan Muhammad adalah pedagang yang biasa saja. Latar belakang mereka memang sungguh berbeda, namun hati Khadijah yang memang tak dapat berbohong untuk mengagumi Muhammad memaksanya untuk memulai segalanya.

Suatu hari, Nafisah ditugaskan oleh Khadijah menjadi mitra bisnis Muhammad. Nafisah pun membantu Khadijah dengan tulus. Nafisah kemudian mengikuti Muhammad dan belajar banyak tentang strategi perdagangan dengannya. Dalam perjalanan Nafisah mengikuti Muhammad, Nafisah pun turut mengagumi segala kebaikan dan kesantunan beliau.

Hingga tibalah saat itu, ketika Nafisah menyampaikan keinginan Khadijah, sahabatnya.

  • Nafisah : Apakah yang menghalangimu untuk menikah wahai Muhammad?
  • Muhammad : Aku tidak memiliki apa-apa untuk menikah.
  • Nafisah : (Dengan tersenyum berkata) Jika aku pilihkan untukmu seorang wanita yang kaya raya, cantik dan berkecukupan, maka apakah kamu mau menerimanya?
  • Muhammad : Siapa dia ?
  • Nafisah : (Dengan cepat dia menjawab) Dia adalah Khadijah binti Khuwailid
  • Muhammad : Jika dia setuju maka akupun setuju.


Begitulah kira-kira percakapan Nafisah dengan Muhammad. Kemudian Muhammad pun menikahi Khadijah r.a.
dengan mas kawin berupa 40 ekor unta yang dihadiahkan oleh Khadijah.

Kemudian Khadijah adalah wanita pertama yang beriman, saat Muhammad mendapatkan wahyu. Khadijahlah wanita yang selalu mengerti dan menjaga Rasulullah, sebagaimana Rasulullah mengayominya. Khadijahlah wanita yang mempercayakan semua hartanya kepada Rasulullah dan hanya membelanjakan hartanya dijalan Allah. Khadijahlah wanita yang selalu ada dihati Rasulullah dan begitupula sebaliknya.

Rasulullah memiliki tujuh orang anak dari Khadijah:
  • Al-Qasim bin Muhammad, putra Rasulullah yang wafat saat kecil.
  • Abdullah bin Muhammad, putra Rasulullah yang juga wafat saat kecil.
  • Zainab binti Muhammad
  • Ruqaiyah binti Muhammad
  • Ummu Kaltsum binti Muhammad
  • Fatimah binti Muhammad, putri Rasulullah yang kemudian menikah dengan Ali bin Abu Thalib (sepupu Rasulullah)

Bagi Rasulullah, Khadijahlah yang pertama dan terakhir dimata hatinya. Khadijah adalah satu-satunya istri yang tak pernah beliau duakan, karena memang Rasulullah memiliki lebih dari dua istri setelah wafatnya Khadijah. Saat Khadijah wafat pun kedukaan Rasulullah begitu amat mendalam.

Cinta sejati Rasulullah terucap dalam hadisnya

"Rasulullah bersabda: 'aku diperintahkan untuk memberi kabar gembira kepada Khadijah bahwa akan dibangun untuknya di surga sebuah rumah dari permata; tak ada hiruk pikuk dan rasa lelah di sana'."

***
Memang, kisah hidup zaman Rasulullah seolah selalu menjadi representasi dari peristiwa-peristiwa yang kita hadapi sehari-hari saat ini.

Dalam kisah cinta beliau dengan Khadijah saja, kita bisa belajar banyak hal. Cerita cinta Khadijah dan Muhammad akan menghapus paradigma masyarakat Jawa yang adalah pamali untuk seorang wanita menyatakan perasaannya terlebih dahulu ketimbang sang lelaki.
Dengan mengetahui kisah Rasulullah, kita akan menghapus pandangan bagaimana poligami dalam Islam seharusnya. Rasulullah tak pernah menikahi istri-istrinya karena 'nafsu' atau dengan alasan si istri cantik. Bukan. Rasulullah menikah karena suatu alasan kebaikan yang memang harus beliau lakukan.
Kita juga dapat belajar bagaimana menjadi istri yang baik yang seharusnya dari Khadijah. Pribadi Khadijahlah yang selalu menenangkan dan mententramkan mata dan hati Rasulullah.

Allahu a'lam bisshowab :)

2 comments: