Sudah lama aku ingin menuangkan hal ini di sini.
Perempuan hebat itu, titik-titik-titik.
Perempuan adalah makhluk yang dimuliakan oleh Tuhan. Setidaknya begitulah kata agamaku. Menurutku, apa yang membuat seorang perempuan mulia adalah dirinya sendiri. Dulu, saat aku baru saja lulus kuliah, ada sebuah pertanyaan yang seringkali ditembakkan ke kepalaku, "Mau jadi apa setelah lulus kuliah?"
Yaaa...aku tahu, ini bukan hak ku untuk sok tahu membayangkan jadi apa aku nantinya. Aku sadar, puluhan rencana yang telah aku buat bahkan tak cukup untuk meyakinkanku apakah aku masih bisa bernafas lima menit lagi?
Tapi, tunggu dulu. Apakah dengan begitu, lantas kita tidak boleh bergerak dan berencana?
Tepat setelah aku berfoto ria saat wisuda, pikiran ini sempat terbesit di otakku. Now what?
Aku berusaha membantu mencari jawaban dari pikiranku sendiri. Beberapa teman dengan semangatnya mengajakku mencari pekerjaan. Beberapa teman mengajakku melanjutkan studi S2. Beberapa teman lainnya menikah dan terlihat begitu bahagia. Sebenarnya apa yang benar-benar aku inginkan pada diriku sendiri? Apa yang harus aku lakukan sekarang?
Mungkin aku harus melakukan semuanya, namun dengan timeline yang berbeda. Ya, ide bagus.
Bekerja, dapat uang, lanjut S2 sambil bekerja, dapat gaji tinggi, menikah, live happily ever after. That's it!
****
Para Pencari Kerja
Akulah para pencari kerja. Saat ini aku sedang berada di sebuah jobfair di Surabaya. Kali ini aku ditemani Rizky temanku. Wajah Rizky yang begitu antusias membuatku ikut bersemangat menjelajahi petak demi petak stand pameran lowongan pekerjaan. Cukup lama kami berkeliling, kamipun pulang dengan mengantongi beberapa nama perusahaan yang telah kami lamar.
Langkah selanjutnya adalah menunggu panggilan. Sembari menunggu panggilan, kami tetap mengajukan CV ke beberapa tempat lainnya.
Apapun akan kami lakukan demi mendapatkan pekerjaan. Pekerjaan, apapun itu yang kami lamar.
Mulai dari menjadi Admin, Front office, Marketing, hingga mengajar di Sekolah atau kursus bahasa. Apapun.
Setelah beberapa kali terjebak dalam interview dan pengalaman mencari kerja yang sedikit asem, aku memutuskan untuk membuat pekerjaan untuk diriku sendiri. Segera aku membuat brosur Les Privat Bahasa Inggris untuk TK s.d. SMA dan aku bagikan ke sekolah-sekolah. Aku sendiri yang membagikan brosur-brosur itu.
Singkat cerita aku mendapatkan pekerjaan formal yakni mengajar di sebuah Pondok Pesantren, namun tak bertahan lama, aku pun resign.
Kembali lah pikiranku protes padaku, NOW WHAT??
NOPE. IT'S NOT THAT SIMPLE.
LIFE ALWAYS FINDS IT'S WAY TO GROW YOU UP.
Dari semua fase yang pernah aku jalani, aku sadar, bahwa ternyata Tuhan tidak serta merta membiarkanku mengatur hidupku sendiri. Bahwa ternyata Tuhan ingin menunjukkan padaku tugas manusia yang sesungguhnya hanya berkeinginan, berusaha dan berdoa, dan tetap Dia-lah yang menentukan bagaimana sebaiknya alur nya berjalan. Bahwa ternyata semua fase itu aku alami hampir secara bersamaan, sama sekali bukan seperti yang aku rencanakan. Bahkan ada beberapa rencanaku yang justru harus tertunda.
Tuhan memberi masalah dan rintangan yang terkadang memang membuat kita berhenti melakukan sesuatu, tapi kita punya pilihan untuk memulai sesuatu yang baru. Ya, hidup akan begitu terus dan terus begitu. Dan aku yakin, pertanyaan NOW WHAT? akan selamanya ada di otakku.
Dan untuk pertanyaan "Mau jadi apa setelah lulus kuliah?" kini aku tahu jawabannya.
Tentu saja aku akan tetap jadi diriku sendiri dengan versi yang berbeda di tiap usiaku.
Bagiku, jadi apapun kita, mau jadi wanita lajang, ibu rumah tangga, dosen, admin, banker, guru, wirausaha, apapun itu, sebagai perempuan kita harus sadar bahwa kita adalah perempuan, yang tetap menghormati suaminya, yang tetap menjaga kehormatan dan harga dirinya, yang menjaga nama baik dirinya dan keluarganya, dan yang berani untuk memuliakan dirinya sendiri.
Perempuan yang hebat itu adalah kita semua.
Karena kita berani berencana, berani bergerak dan berani berkompromi dengan campur tangan Tuhan.
Cerita pengalaman mencari kerja disini.
Cerita pengalaman mengikuti TOEFL camp disini.
Cerita pengalaman dijodohin disini.
Singkat cerita aku mendapatkan pekerjaan formal yakni mengajar di sebuah Pondok Pesantren, namun tak bertahan lama, aku pun resign.
Kembali lah pikiranku protes padaku, NOW WHAT??
****
Para Pencari Beasiswa
Akulah para pencari beasiswa. Saat ini aku sedang berada di Pare Kediri, tepatnya di sebuah English toefl camp bernama TEST. Kali ini aku ditemani oleh temanku yang bernama Iris. Aku, Iris dan puluhan teman TOEFL camp lainnya yang merupakan para pemburu beasiswa. Hebatnya, mereka semua begitu antusias dalam belajar bahasa Inggris. Cerita selengkapnya disini.
Sayangnya, aku hanya bertahan 2 minggu karena aku harus menyiapkan hari pertama short teacher training di sebuah Pondok Pesantren. Aku pun pulang dengan bekal ilmu yang cukup banyak dan bermanfaat dan aku mendapat banyak teman baru dari sana.
Aku mencari tahu, apa saja syarat untuk melanjutkan S2, dan aku mulai perlahan mengumpulkan berkas-berkas yang aku butuhkan. Satu persatu kawan ku mendapatkan beasiswa S2 baik di dalam maupun luar negeri.
Setelah aku melakukan banyak pertimbangan dengan keluarga ku, ibuku ternyata tidak pernah mendukungku untuk kuliah S2. Bagi ibuku, perempuan yang pendidikannya terlalu tinggi akan membuat laki-laki minder dan mundur bahkan sebelum mendekati. Karena aku tidak punya alasan dan bukti yang kuat untuk meyakinkan ibuku bahwa pikirannya salah, maka aku memilih untuk mengikuti sarannya.
Kembali lah pikiranku protes padaku, NOW WHAT??
Aku mencari tahu, apa saja syarat untuk melanjutkan S2, dan aku mulai perlahan mengumpulkan berkas-berkas yang aku butuhkan. Satu persatu kawan ku mendapatkan beasiswa S2 baik di dalam maupun luar negeri.
Setelah aku melakukan banyak pertimbangan dengan keluarga ku, ibuku ternyata tidak pernah mendukungku untuk kuliah S2. Bagi ibuku, perempuan yang pendidikannya terlalu tinggi akan membuat laki-laki minder dan mundur bahkan sebelum mendekati. Karena aku tidak punya alasan dan bukti yang kuat untuk meyakinkan ibuku bahwa pikirannya salah, maka aku memilih untuk mengikuti sarannya.
Kembali lah pikiranku protes padaku, NOW WHAT??
****
Para Pencari Jodoh
Akulah para pencari jodoh. Saat ini aku sedang memijat kaki ibuku, dan berandai-andai seperti apa laki-laki yang aku idamkan untuk menjadi suamiku. "Putih, pinter, tinggi, atletis, brewokan, kalau bisa orang Turki,"
"HAH? Ojo aneh-aneh, Nin. Wong Turki??" ujar ibuku terkejut.
Jujur, dari dulu aku memang tidak suka pacaran. Bagiku pacaran terlalu banyak ruginya. Rugi waktu, kamu harus sms-an, telponan dan spend time with him ketika sebenarnya masih banyak hal yang bisa aku lakukan. Rugi uang, kamu harus buang pulsa cuma buat tanya kamu lagi apa, kamu udah makan apa belum, blablabla. Belum lagi kalau kita harus keluar makan, ngemall, nonton. Rugi perasaan, kamu harus buang energi buat bergalau-galau, kangen tapi ga bisa ngapa-ngapain juga sama dia, cemburu karena kalian ngga satu atap. Rugi di pasaran, kamu mau tidak mau harus menghapus peluang laki-laki lainnya untuk mendekatimu. Padahal belum tentu mereka, yang kamu tolak demi pacarmu, tidak lebih baik dari pacarmu. Karena menurutku, cinta saja tidak cukup untuk meyakinkanku bahwa dia adalah orang yang membuatku tenang dan bahagia.
Singkat cerita, setelah melalui proses pahit getir berkenalan dengan beberapa kandidat yang datang ke rumah, akhirnya hanya satu kandidat saja yang berhasil lolos ke babak selanjutnya, yakni pernikahan. Kalau sudah menikah, lantas...
Kembali lah pikiranku protes padaku, NOW WHAT??
"HAH? Ojo aneh-aneh, Nin. Wong Turki??" ujar ibuku terkejut.
Jujur, dari dulu aku memang tidak suka pacaran. Bagiku pacaran terlalu banyak ruginya. Rugi waktu, kamu harus sms-an, telponan dan spend time with him ketika sebenarnya masih banyak hal yang bisa aku lakukan. Rugi uang, kamu harus buang pulsa cuma buat tanya kamu lagi apa, kamu udah makan apa belum, blablabla. Belum lagi kalau kita harus keluar makan, ngemall, nonton. Rugi perasaan, kamu harus buang energi buat bergalau-galau, kangen tapi ga bisa ngapa-ngapain juga sama dia, cemburu karena kalian ngga satu atap. Rugi di pasaran, kamu mau tidak mau harus menghapus peluang laki-laki lainnya untuk mendekatimu. Padahal belum tentu mereka, yang kamu tolak demi pacarmu, tidak lebih baik dari pacarmu. Karena menurutku, cinta saja tidak cukup untuk meyakinkanku bahwa dia adalah orang yang membuatku tenang dan bahagia.
Singkat cerita, setelah melalui proses pahit getir berkenalan dengan beberapa kandidat yang datang ke rumah, akhirnya hanya satu kandidat saja yang berhasil lolos ke babak selanjutnya, yakni pernikahan. Kalau sudah menikah, lantas...
Kembali lah pikiranku protes padaku, NOW WHAT??
****
Yaaa...aku tahu, ini bukan hak ku untuk sok tahu membayangkan jadi apa aku nantinya. Aku sadar, puluhan rencana yang telah aku buat bahkan tak cukup untuk meyakinkanku apakah aku masih bisa bernafas lima menit lagi?
Tapi, tunggu dulu. Apakah dengan begitu, lantas kita tidak boleh bergerak dan berencana?
Mungkin aku harus melakukan semuanya, namun dengan timeline yang berbeda.
Mungkin aku harus melakukan semuanya, namun dengan timeline yang berbeda.
Bekerja, dapat uang, lanjut S2 sambil bekerja, dapat gaji tinggi, menikah, live happily ever after. That's it!
NOPE. IT'S NOT THAT SIMPLE.
LIFE ALWAYS FINDS IT'S WAY TO GROW YOU UP.
Dari semua fase yang pernah aku jalani, aku sadar, bahwa ternyata Tuhan tidak serta merta membiarkanku mengatur hidupku sendiri. Bahwa ternyata Tuhan ingin menunjukkan padaku tugas manusia yang sesungguhnya hanya berkeinginan, berusaha dan berdoa, dan tetap Dia-lah yang menentukan bagaimana sebaiknya alur nya berjalan. Bahwa ternyata semua fase itu aku alami hampir secara bersamaan, sama sekali bukan seperti yang aku rencanakan. Bahkan ada beberapa rencanaku yang justru harus tertunda.
Tuhan memberi masalah dan rintangan yang terkadang memang membuat kita berhenti melakukan sesuatu, tapi kita punya pilihan untuk memulai sesuatu yang baru. Ya, hidup akan begitu terus dan terus begitu. Dan aku yakin, pertanyaan NOW WHAT? akan selamanya ada di otakku.
Dan untuk pertanyaan "Mau jadi apa setelah lulus kuliah?" kini aku tahu jawabannya.
Tentu saja aku akan tetap jadi diriku sendiri dengan versi yang berbeda di tiap usiaku.
Bagiku, jadi apapun kita, mau jadi wanita lajang, ibu rumah tangga, dosen, admin, banker, guru, wirausaha, apapun itu, sebagai perempuan kita harus sadar bahwa kita adalah perempuan, yang tetap menghormati suaminya, yang tetap menjaga kehormatan dan harga dirinya, yang menjaga nama baik dirinya dan keluarganya, dan yang berani untuk memuliakan dirinya sendiri.
Perempuan yang hebat itu adalah kita semua.
Karena kita berani berencana, berani bergerak dan berani berkompromi dengan campur tangan Tuhan.
Cerita pengalaman mengikuti TOEFL camp disini.
Cerita pengalaman dijodohin disini.
0 comments:
Post a Comment