Friday, September 9, 2016

NOT that single anymore

Hi, there!
BELIEVE or NOT
I'm getting married...!!!!!! WOW! ~~\(^O^)/~~
It means that I'm gonna face another phase of life. I'm gonna experience another complicated way to achieve happiness... yeaayyy :|
But you know? There's a story behind my marriage. Of course, it's my own story. No, it's our story, actually. hehe
Jadi, beginilah kisah kami......


******
Saat itu akhir bulan November. Aku bukan tipe orang yang mudah ingat tanggal-tanggal penting. Jadi, aku cukup lupa tepatnya tanggal berapa kami pertama kali bertemu. Yah, anggap saja akhir bulan November, aku baru saja resign dari pekerjaanku.
Ibuku mengabarkan bahwa ada seorang lelaki yang ingin berkenalan denganku. FYI, aku adalah manusia yang teramat pemilih. Pernah beberapa kali ibuku berniat untuk mengenalkan aku dengan anak temannya, tapi aku langsung menolak. (padahal mendengar namanya saja belum) hehehe
Aku sangat pemilih. Entahlah, bagiku, mereka semua tidak bisa membuat hatiku menerima keberadaan mereka.
Di suatu hari yang cerah, seseorang menelponku. Aku tidak mengenal nomornya.
itum : Halo
pria : Assalamu'alaikum, dengan ustadzah Nurin ini ya?
itum : Iya, betul. Ada yang bisa saya bantu? (aku pikir aku masih punya urusan yang belum selesai dengan sekolahku mengajar dulu)
pria : begini ustadzah, ini saya mau minta tolong ajari keponakan saya bahasa Inggris, bisa? Ustadzah terima les Bahasa Inggris juga kan?
itum : maaf, pak. Bapak dapat nomor saya dari siapa?
pria : saya diberitahu oleh ustadz di PONPES. Kalau boleh tahu rumah ustadzah dimana?
itum : maaf, pak. Tapi saya sudah tidak mengajar lagi. Saya juga tidak terima les privat. Kalau boleh tahu, keponakan bapak kelas berapa?
pria : keponakan saya mau ngelamar kerja di pertamina, ustadzah. Jadi butuh kursus bahasa Inggris.
itum : waduh, pak. Sekali lagi maaf, pak. Saya tidak bisa. Mungkin kalau keponakannya masih SD saya masih bisa terima. Laki-laki atau perempuan keponakannya?
pria : Laki-laki
itum : wah, kalau laki-laki, sebaiknya jangan dengan saya pak. Bapak minta tolong ustadz Herman atau ustadz Yogi saja, ya.. Sekali lagi mohon maaf, pak.
pria : oh, begitu ya. Kalau keponakan saya perempuan, bisa?
itum : (pikirku, ini orang kok maksa banget? mencurigakan) enggak bisa juga, pak. Maaf, ya..
pria : kalau begitu saya tanya alamat rumah ustadzah saja. Dimana ya?
itum : waduh, kenapa tanya alamat pak? (semakin mencurigakan)
pria : tidak apa-apa, hanya ingin tahu saja.
itum : Di dekat RSI blabla.
pria : tepatnya dimananya, ustadzah?
itum : maaf, pak, tidak perlu saya beritahu ya...
pria : baik, ustadzah, yang penting kita kenal dulu saja.. terima kasih Assalamu'alaikum
itum : (makin curiga) wa'alaikumussalam
Ini adalah percakapan telepon yang paling aneh yang pernah aku alami.
Esok harinya....
Tok tok tok.. seseorang mengetuk pintu rumahku. Siapa? pikirku. "Ustadzah Nurin ada?"
"Iya, saya sendiri," 
"Saya yang telpon kemarin, yang mau minta tolong kursus bahasa Inggris."
"Oh, iya, mari silakan duduk" (ini orang tahu alamatku darimana, pikirku)
 daaaaan... kami pun bercakap-cakap
Ternyata lelaki itu adalah orangtua walimurid dari siswa ku.
Beberapa saat kemudian, masuklah seonggok sesosok makhluk yang jujur saat itu aku tak melihatnya dengan tamat.
"Ini keponakan saya yang mau les, ustadzah. Dia kerja di Pertamin*, dinasnya di Ambon"
Sekian detik aku melirik padanya.
Gambaran yang aku dapat adalah : Tinggi, besar, malu-malu. (ini orang segede gini mau di les-in ke aku??) "Iya, pak, mohon maaf saya tidak bisa mengajari," kataku menjelaskan. "Bapak asli mana?" tanyaku mencoba memecah kecanggungan.
"Coba tebak.." Bapak itu memang humoris sekali.
"Bekasi? Jawa Barat ya? Atau Madura?"
"Iya, saya Madura." jawabnya. "Mungkin karena saya sering keluar Jawa jadi logatnya campuran begini"
"Oh, iya, pak. Kebetulan, saya juga punya saudara di Madura." Kataku dengan semangat.
"Oh ya? Madura mana?"
"Kedundung, Bangkalan,"
"Oh, ya? Siapa nama saudaranya?" tanya bapak itu dengan wajah berpikir.
"Mbah Lik, saya. Bu Lik nya ibu. Mbah Huzaimah namanya,"
"Oh, iya... itu yang suaminya namanya Kyai Ilyas ya?"
"Iyaaaaa!!!! Betul.. betul... kok tahu ya?" (pikirku, yaiyalah tahu, kan ponpesnya terkenal di Madura)
"Iya, ustadzah.. kebetulan itu saudara sepupu saya,"
GUBRAKKKKK
"Subhanallaah!!! Kok bisa kebetulan sekali ya??!!"
Dan, ibu ku yang tak sengaja mendengar percakapan kami pun ikut menemui dua lelaki tambun itu.
Pria yang menelponku, dia dipanggil Om Isbad. Dan pria yang duduk tertunduk malu sedari tadi itu namanya...ah, aku tak tahu siapa dia.
Mereka pun berpamitan, dengan dalih penyesalan karena tidak bisa kursus bahasa Inggris padaku.

Dua hari kemudian....
Tak ada pikiran apapun, tak ada firasat apapun. Mbah Huzaimah menelpon ibu ku. Beliau menjelaskan semuanya. Bahwa sebenarnya ada rencana perjodohan dibalik skenario 'kursus bahasa Inggris' itu.
Aku memang pemilih dan sangat selektif dalam menjalin pertemanan dengan siapapun. Apalagi dalam memilih calon teman hidup, yaa...
Aku terbuka pada semua orang yang ingin berkenalan denganku. Hanya saja, aku membatasi cara pandangku hanya pada beberapa hal yang aku anggap 'penting'.
Dan, Kami pun berkenalan melalui SMS. Kami sempat ngobrol intens via WhatsApp, karena sama-sama tahu tujuan dan apa saja yang ingin diketahui dari diri satu sama lain.
Dan WOW.
Aku merasa sesuatu yang sangat meyakinkan hatiku untuk bilang IYA. Tapi, tunggu dulu...aku pun terus menggali informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber yang aku bisa percaya. Doa ku pun terus mengalir untuk memberi ku jawaban.
Tapi sekali lagi, semakin aku tahu bagaimana pribadinya, semakin aku mengagumi nya.
*******
Ibu dan kakak-kakaku heboh sekali saat aku menjelaskan isi hati ku yang sebenarnya. Ibuku pada awalnya ragu dan sulit menerima kenyataan bahwa aku harus ikut merantau jika aku benar-benar menjadi istrinya.
Namun, seiring waktu dan ibuku mengerti bagaimana pribadi nya, ibuku pun merestui kami dengan senang hati. (Bahkan ibuku lebih sering memikirkan dia daripada aku) -__-"'
Dia bernama Mohammad Faiqul Ifkar.
Dia pun segera datang ke rumah dan menanyakan kesediaan ibuku jika dia meminangku.
Satu minggu kemudian, datanglah rombongan keluarga besarnya untuk meminangku dan....
9 bulan kemudian, kami......
 
Kami tidak pernah jatuh cinta. Karena jatuh itu sakit..hehe
And the real journey of life has just begun.....

1 comment: