Friday, November 21, 2014

U Mil*d yang emang guweeeeh bangeeettz

Pernah lihat iklan rokok U Mil*d?? To be honest, aku sama sekali dan tidak sekecil biji sawi pun menyukai rokok atau yang menyedotnya. Tapiii.... iklan U Mil*d yang versi 'ngantor' itu, seolah jadi ilham dan petunjuk dari Tuhan buatku. :')

"Udah lulus? Kerja dimana sekarang?"
"Oh..udah wisuda to. Keterima kerja dimana?"
"Kenapa nggak ngelamar kerja di perusahaan A, B, C, -Z?"
"Udah lulus? Pingin ngajar to? Nggak pingin S2? Kalo nggak S2, terus pingin jadi apa? Jadi dosen? Dosen dimana rencananya? Nggak pingin ikut tes CPNS? Enakan ngantor kan gajinya tetap, iya kan? Kalo nggak gitu nanti kamu makan apa? Modal nikah darimana? Nanti gimana bisa dibilang sukses? Gimana kamu bisa napas? BLABLABLA"

(=> for you who haven't been graduated, lucky you, because you won't be asked those F**ING questions. But still, lucky me who've been graduated because I am able to do anything I want without worrying syntax mid-term tomorrow at 7 a.m. anymore. bruakakakakak *evil smile*)


Well, ini kisah nyata. Pengalaman after-grad ku lumayan delightful (but in obnoxious way).
Jujur saja, aku terlahir dari keluarga tani. Bapakku wirausaha serabutan dan ibuku seorang ibu rumah tangga biasa yang mengepalai geng ibu-ibu pengajian. Padahal baru 1 bulan setelah wisuda, lhakok aku sudah kebanjiran pertanyaan yang sungguh memuakkan macam diatas itu.
Awalnya memang aku semangat sekali ketika menjawabnya:
"InsyaAllah S2"
"InsyaAllah ngajar di sekolah A, B, C, -Z"
"InsyaAllah studi luar negeri"

Tapi lama kelamaan aku merasakan ada yang salah pada diriku. Aku merasa aku mulai lupa dengan apa yang harus kulakukan. Aku lupa bahwa Tuhan ku masih memberiku 1 orang tua yang harus ku jaga, harus kusayang lebih dari egoku. Aku lupa.
Mungkin itu jawaban Tuhan dari segala usahaku yang sia-sia ketika aku melamar pekerjaan di sekolah ini itu. Ya, tentu dengan alasan lain adalah karena aku BELUM S2, yang berarti ilmuku masih dangkal bangeeeett.

Hingga keputus asaanku berujung pada keisengan membuat brosur LES PRIVAT BAHASA yang kunamai AIUEO. Nama LBB yang cukup menyiksa lidah ketika menyebutnya. Hingga kemudian aku dan teman-temanku me-redesignnya menjadi Royal Language Course. Belum ada sistem formal yang kami terapkan disini. Tapi setelah 4 kali berpanas-panasan menyebarkan brosur di SD dan SMP, finally ada juga yang telpon dan minat les privat.
Masih butuh murid lagi, aku publikasi untuk kelima kalinya. Dan, ternyata seseorang dari LBB SSC menawariku untuk kerja freelance disana. Kata orang, rejeki nda boleh ditolak. hehehe

Setelah satu bulan bergumul dengan bocah-bocah menggemaskan dan penuh masalah itu, gejala jobless syndrome yang kuderita mulai sedikit terobati. Alhamdulillah...

Tapi ya namanya juga hidup di Indonesia, yang mayoritas memeluk paham 'kalo nggak ngantor berarti belum dapet kerja', susah sekali untuk mendesain ulang paham itu menjadi 'bekerja berarti nggak harus ngantor'. 
Terbukti beberapa orang yang meski sudah mengetahui apa masalah hidup dan kesibukanku sekalipun masih saja hobi bertanya "NGGAK PINGIN S2? NGGAK PINGIN JADI DOSEN? NGGAK PINGIN NIKAH TUA AJA? NUNGGU SUKSES LAHIR BATIN DULU MUNGKIN? NGGAK PINGIN MELAMAR DI SEKOLAH A, B, C?" (=> enggaaaakk kan aku pinginnya ngelamar kamyuuu~) 

*LHAH AKU IKI WEDOK LE! AKU DUWE MASA DEPAN KHUSUS DADI MANAJER SEGALA BIDANG NDEK RUMAH TANGGA KU DEWE. BAH AKU S2, BAH AKU ES TUNG TUNG, SENG PENTING LAK AKU BERUSAHA KUDU ISO NGELAKONI NE FLAWLESSLY. GA SENENG YO NGADOH O WAE LAH.*


yaaa ini cuma pandanganku sih. Tapi yaa serius emang gitu. Aku mungkin akan lebih bahagia dunia akhirat kalo ketemu dan ngobrol sama bu Septi Peni, penggagas Komunitas Ibu Profesional ini, ketimbang ketemu Ibunya tetangganya tantenya temenku yang kerjanya jadi Dosen, yang tiap ketemu aku selalu diem, tapi sekalinya ngomong topiknya sama, kalo gak soal thesis, disertasi, profesornya yang galak, temannya yang gagal ujian gara-gara anaknya (how come?), kampus A, B, C. dan reaksiku cuma 'hmmm...' 'oooh...gituuuu...' 'iya, ya, iya' (but really, I don't follow her at all, coz haven't been there yet, I guess)

But pleaaaaaase... ini padahal yang diajak ngobrol sama bu dosen itu aku lho yaa.. lulusan S1, masih aja gak nyambung. Bisa bayangin kalo ngomong sama sesama ibu yang cuma lulusan SD, kira-kira nyambung gak?

Academically intelligent gak jamin bisa Socially intelligent loh... That's why, di lingkungannya, dia terkenal antisosial dan arogan. Ehm.. emangnya kalo dia mati bisa ngubur mayatnya sendiri apa? Na'udzubillah.
Aku nggak bilang semua dosen itu antisosial atau arogan lho yaa... but mostly, I can guarantee they are.

Hubungannya sama iklan U Mil*d apa?
ngantor nggak harus di kantor
Setelah kupikir pikir, ngantor yang dikantor itu memang nggak penting-penting amat. Yang penting BEKERJA bukan NGANTOR nya. Banyak juga kok yang NGANTOR tapi nyatanya dia NGANGGUR. Istilah Jawanya itu semacam magabut (makan gajih butoijo).

ngantor enakan cuma pake kolor
Jika definisi ngantor = bekerja, maka bekerja pun tak perlu dikerjakan dengan memakai blazer rapi dan baju ketat yang nerawang sampai ke dalaman nya kan? Pakai baju apapun itu, kalau memang appropriate buat pekerjaannya yaa why not?

Coba tengok web ini. Sooooo bloody inspiring. Aku kutip beberapa kalimat yang emang guweh bangetz yang mirip pribadi ibu Dina Begum itu:

ini guweh bangetz. kamyu bangetz juga ndak??

Kalo aku sih, lebih nyaman buka usaha dewe. Besar atau kecil. Apapun itu. Dimana aku ndak perlu jadi orang lain ketika melakoninya, but still serius dan maksimal ketika bekerja :)
What Photoshop's done to me.
I just can't adapt with the outfit.
Is this the real me? 
I love wearing this kind of outfit.
So? Which one do you think is the real me?

Mau dikata bos kardus, bos sampah, bos kaleng bekas, bos besi tua, bos ikan lele, bos pakan ternak, bos botol bekas, bos kain kiloan, bos minyak wangi, bos busana muslim, bos servis kompor, bos jamu perkutut, bos rawon setan, bos susu kuda liar, bos penangkaran penyu, bos konservasi bangsring underwater, bos angkot, bos catering, bos konveksi.....

EH. MEREKA SEMUA NGGAK 'NGANTOR' LHO..
tapi mereka tetap BEKERJA. yang ngantor tapi NGANGGUR buanyaakk kok...ehm

dan yg pasti, mereka socially intelligent.. kamu harus tahu itu..
be yourself, but be as socially intelligent as they are. NO. must be better than them all.


So, masih mikir 'ga ngantor = belum dapet kerja' ?
Masih berani bilang kamu jenius karna baru dapet gelar Ph.D, M.A., M.Si, Dr. blablabla tapi kamu gak bisa hidup bersosial dengan tetangga dan lingkunganmu dengan baik?

Bismillah, semoga kita bisa melihat apa yang terpenting, dan menjalaninya dengan syukur, sabar, dan ikhlas.
(^o^)/ selamat ngantor, guys

1 comment:

  1. Inget banget dulu pas KKN di instansi pemerintahan, ya emang harus diakui kalo kebanyakan pegawainnya magabut bingitsz. Semenjak itu jadi mikir, apa enaknya jadi P*S? Iya enak masuk jam 7 tapi bisa nelat sampe jam 9, harusnya pulangnya jam 4 tapi jam setengah 3 udah di rumah. Iya bener dapet gaji jauh diatas UMR, tapi nggak sesuai sama total energi yang dikeluarkan dan total pengetahuan yang disumbangsihkan. Apa nggak eman? Yaaa walaupun nggak semua P*S kayak gitu sih..
    Tapi, banyak banget orang-orang tua yang udah (merasa) lebih sering menelan pahitnya kehidupan bilang "Halah, ndek ndi-ndi arek mari lulus kuliah iku sek idealis. Yo soro uripmu lek opo-opo mbok gae idealis"

    Tapi ketika seorang fresh graduate memilih untuk tidak idealis:
    A: Eh udah lulus kuliah ya? Udah kerja?
    B: Alhamdulillah. Udah kok.
    A: Kerja dimana?
    B: Di Jerman, mbak.
    A: Oh ya? wih keren ya! Di perusahaan apa? Gajinya gede dong pasti.
    B: Bukan perusahaan mbak. Tapi jadi pengasuh anak. Ya kalo ngitungnya pake rupiah ya gede mbak hehe.
    A: Lulusan sastra Inggris kok cuma jadi "pembantu" gitu? Kok mau sih? Eman yo, padahal udah kuliah susah-susah :'(

    What a social life!

    ReplyDelete