Wednesday, October 15, 2014

GRATIS!!! hanya perlu membayar Rp 300.000 saja ;D

TOK..TOK..TOK..
Iya, Mbak???
Assalamualaikum, Ibuuuu.... Selamat siang, bisa saya bertemu dengan Bu Hajah Kolilah?
Ada apa, ya? Kok siang bolong begini? Bu Lil nya sedang tidur.
Oh, ini saya dari kelurahan mau memberi bingkisan untuk Bu Hajah.
Bingkisan apa, Mbak?
Iya, dengan Ibu siapa saya bicara ini?
Saya saudaranya Bu Lil.
Oh, begini Bu, kenalkan saya mbak Sil*vi, dan ini rekan saya mbak Nu*rin, kami kemarin dapat rekomendasi dari kelurahan untuk membagikan alat kesehatan secara GRATIS kepada warga RW 12 ini, Bu.
Oh, alat apa Mbak?
Maaf, tapi alat ini hanya boleh dihaturkan kepada Bu Hajah Kolilah.
Iya, saya Kolilah, Mbak.
Lho? katanya tadi Ibu saudaranya Bu Kolilah.
Enggak, Mbak. Ya, saya ini bu Kolilah. Aku males Mbak kalau ada yang ganggu saya siang-siang.
Oh, maaf mengganggu waktunya ya, Ibu.....
Mari masuk aja, Mbak. Silakan duduk dulu. *MISSION ACCOMPLISHED*

Dari judulnya, sudah bisa ditebak kan, siapa yang seringkali mengucapkan kalimat ajaib itu?

Yupp!
Berpakaian rapi, dengan bedak dan lipstik yang membuat wajah selalu tampak segar meski harus berjalan dari pintu ke pintu di tengah siang hari. Itulah yang aku perhatikan dari seorang Mbak Sil*vi, mahasiswi jurusan akuntansi berusia 19 tahun yang rela cuti kuliah hanya untuk mengejar ambisinya menjadi seorang 'Manajer' di PT. Man*diri Cip*ta Har*moni kantor cabang Batam, sebagaimana yang dijanjikan oleh manajer kancab Sido*arjo padanya.
***
Mulanya, aku melihat Banner 3x2m berdiri di depan sebuah rumah serupa kantor, dengan tulisan LOWONGAN KERJA DICARI Staff Gudang, Administrasi, Resepsionis, Management Training, dll.
Dengan bekal pengetahuan yang nihil soal dunia perkantoran, aku pun memberanikan diri untuk melamar untuk menjadi seorang Staff Admin disana.
Dan, VOILA!
Aku mendapat sms yang berbunyi "Silakan datang ke kantor untuk mengikuti tes tulis, psikotes dan interview dengan manajer kami."
WOW! Aku siaaaap...
Dengan dag dig dug aku memarkir motorku. Baru selangkah aku turun dari motorku, seorang perempuan, yang cantiknya seolah memaksa orang lain untuk mengiyakan, menyambutku dengan senyum lebar dan ramah.
"Selamat datang, Mbak. Wah, cantik sekali ya hari ini.. Mari silakakan masuk, Mbak. Mbak Nu*rin yang kemarin kesini pakai kacamata itu kan ya? Kalau nggak pakai kacamata gini tampak beda, ya. Lebih cantik. Mari duduk dulu ya, Mbak, tunggu kandidat yang lainnya datang dulu."
dan aku hanya meringis tanpa suara mendengar semua kalimatnya. Aku masih deg-deg-an.

Semua kandidat terkumpul dan mbak yang cantiknya maksain pun membagikan selembar kertas berisi pertanyaan-pertanyaan seputar pengetahuan umum perkantoran. Aku yang hanya berbekal latar belakang organisasi dan kepanitiaan mencoba menjawab dengan kekuatan mengarang indah.

"Silakan masuk untuk bertemu Bapak manajer," kata mbak 'cantik' pada kami, para kandidat.

"Wah! Luar biasa hari ini, saya berkesempatan untuk bertemu orang-orang hebat di ruangan ini," kata Bapak manajer menyambut kami dengan penuh semangat.

daaaan small talks pun terjadi antara kami dan bapak manajer.
"Jadi, setelah ini, kalian akan ditemani oleh konsultan kalian masing-masing, untuk melakukan tes observasi lapangan"

WOW! Tes apa itu? Pikirku.

"Mbak Nu*rin, ya? Kenalkan, saya Sil*vi, konsultan mbak Nu*rin, yang menemani mbak Nu*rin selama tes hari ini. Silakan ikut saya ke ruangan sebelah, Mbak. Nanti, selama kegiatan, mohon diikuti saja ya Mbak."

"Baik, mbak. Oya, kalau boleh tahu ini perusahaan yang bergerak dibidang apa ya?" tanyaku masih belum bisa yakin 100% dengan perusahaan yang mengaku terbesar di Sidoarjo itu.
"Nanti akan dijelaskan, dan Mbak Nu*rin akan tahu sendiri."
"Oh, oke. Hmm.. mbak, ngomong-ngomong itu tulisan di X Banner nya salah mbak. Rendah hati itu harusnya HUMBLE bukan HAMBLE. Maaf sebelumnya ya, mbak."
"Oh, haha. Iya, aduh, beruntung ada yang jago bahasa Inggris disini. Nanti saya usulkan untuk diganti, ya,"

Disuatu ruang 4x4m dengan sebuah drum diujung ruangan dan sebuah whiteboard menggelayut di satu sisi ditemboknya.

"Weeeeeeey... kenalin, temen baru kita, namanya Nu*rin." teriak mbak Sil*vi pada teman-temannya.
"Hai, aku Aryo"
"Hai, aku Wawan,"
"Ehm, kenalin, Doni,"
"Okeeee semuanya sudah berkumpul disini, yaa.. Yuk, kita mulai!!! One, two, one, two, three, four! OOOO LALALA~ OOOO LELELE~ ORANG GILAA~ GILA SUKSES~ RING THE BELL BLABLABLA"
dan semua peserta mengikuti sang instruktur yang teriak-teriak bernyanyi sambil joget ke kiri ke kanan dengan lipatan kemeja bagian ketiak yang makin basah.
Aku cuma bisa meringis sambil tepuk tangan dan mencoba menikmati gebukan drum yang nggak berirama.

Setelah selesai dicuci otak di dalam ruangan itu, seorang kandidat lainnya bertanya padaku sambil berbisik. "Mbak, saya kok bingung ya, sebenernya kita disini itu tugasnya apa, kerjanya ngapain,"

"Iya, saya juga agak bingung sih, waktu diajak joget-joget tadi. Tapi mungkin itu bagian dari training motivasi Mbak, biar semangat kerjanya," jawabku mencoba berpikir positif.

Sesaat kemudian mbak Sil*vi mengajakku untuk melakukan tes observasi lapangan. "Tesnya outdoor, Mbak cantik, jadi kita harus naik sepeda motor kesananya. Naik sepeda motornya Mbak cantik aja ya, boleh?"

Hmmm... mungkin ini bagian dari tes. Seberapa aku mau berkontribusi. Pikirku. Aku pun dengan semangat mengiyakan. "Tapi kita mau kemana ya, Mbak?"
"Iya, nanti juga tahu sendiri,"
Hmmm... aku semakin curiga. Aku benci dibuat penasaran.
"Mbak, maaf, saya harus tahu dong, kita tes observasinya dimana???"
"Di Gempol, Mbak cantik. Nanti juga tahu sendiri kok,"
HAH??! SUMPAHON?? Oke. Ini bagian dari tes. SABAR!

Dan, tibalah kami di Dusun Gempol Joyo. Sebuah desa yang tidak kalah gersang jika dibandingkan dengan kawasan Mordor di Lord Of The Rings.
"Mbak cantik, nanti tugasnya gampang kok. Cuma satu. Senyum dan semangat, ya Mbak cantik, ya,"
"Oh, oke, Mbak,"

Daaan mulailah mbak Sil*vi melucurkan kepalan tangannya ke pintu rumah pak RW.
TOK..TOK..TOK..
"Kami dapat rekomendasi dari kelurahan untuk membagikan alat kesehatan untuk bapak RW secara GRATIS. Untuk garansinya, Bapak hanya perlu membayar Rp 300.000 saja untuk perawatan seumur hidup, Pak. Ini kami nggak jualan lho, Pak. Tugas kami hanya menghaturkan sabuk kesehatan ini kepada bapak. Jika bapak beruntung hari ini, ya sabuk ini jadi milik Bapak. Tapi mohon maaf lho pak, sabuk ini tidak kami jual. blablabla"

Setelah berkutat dirumah pak RW dan tidak berhasil membujuknya untuk 'membeli', kami istirahat disebuah musholla.
"Gimana mbak cantik? Capek? Nanti kita akan mampir ke rumah orang-orang yang direkomendasikan oleh bapak RW tadi ya. Duh, saya salut lho sama mbak Nu*rin ini, senyumnya itu lho. Mbak Nu*rin itu selalu semangat ya orangnya?"
"Hmm.. jadi Mbak, kita menawarkan barang ke rumah-rumah gitu, ya?"
"Bukaaaaaann.... bukan begitu Mbak cantik. Itu kan SELES namanya. Kita ini BUKAN SELES lho. Kita management training. MT. Beda lho yaaa..."
"Hmm.. beda ya? Bedanya apa mbak?"
"Iya, jadi kalau SELES bekerja dengan target penjualan tertentu. Kalau MT itu ada jenjang karirnya. Saya ini kan pengejaran untuk jadi manager mbak. Esensi dari kegiatan ini apa sih, mbak? Yaitu LEADERSHIP. Tahu kan artinya LEADERSHIP? Jadi, bukan menjual barang, tapi menjual attitude. Itulah bedanya SELES dan MT."
"Oooh... iya saya paham. Berarti kita cuma latihan bagaimana mengahadapi orang lain, dan cari ilmunya lewat orang lain ya, mbak?"
"Iyaaa... begitulah. Kita tidak cari uangnya, tapi cari ilmunya,"
SUNGGUH MULIA SEKALI. Pikirku.
Setelah mengalami interaksi dengan beberapa orang dari rumah ke rumah, berujunglah kami pada rumah bapak Furqon, salah satu orang terkenal di Desa itu. Saat itu jam 1 siang. Waktu yang paling cocok buat santai, diatas kasur sambil guling-guling.

Setelah mendengar sekian ribu kalimat yang dimuntahkan oleh mbak Sil*vi, pak Furqon merasa geram dan berkata:
"MBAK. JADI INTINYA APA GITU AJA LHO, MBAK!!! OJOK MBUUUUULEEEEET AE! SAYA ITU PALING NGGAK SUKA SAMA PEMAKAIAN BAHASA-BAHASA BERSAYAP SEPERTI ITU. PAKAI BILANG DARI KELURAHAN SEGALA. SAYA KULIAH HUKUM, MBAK. SAYA PUN PERNAH JADI SELES KAYAK SAMPEAN GINI.."
"Maaf, Pak, kami bukan seles,"
"...OKE. MT. PODO AE, MBAK. TAPI SAYA MERASA MENJADI PENGACARA ATAU JADI KAYAK SAMPEAN GINI ADALAH PEKERJAAN YANG SANGAT TIDAK MENDATANGKAN BERKAH..."
"Oh, kok bisa gitu Pak?" sahut mbak Sil*vi.
"...SEK!! TUNGGU! SAYA BELUM SELESAI BICARA. PENGALAMAN SAYA CUKUP MENYADARKAN SAYA MBAK, BAHWA TIDAK ADA YANG BISA MEMBUAT SAYA TENANG DAN DAMAI SELAIN RIDLO ALLAH MBAK! JUJUR. ITU KUNCINYA. JUJUR O! MAKA AKAN ADA TANGAN TIDAK TERLIHAT YANG MEMUDAHKAN JALAN SAMPEAN DALAM MENCARI REZEKI. BEKERJA ITU BUKAN SEKEDAR TENTANG NOMINAL. BEKERJA ITU BAGAIMANA KITA MENCARI KERIDHOAN ALLAH UNTUK SENANTIASA MENCUKUPKAN KEBUTUHAN KITA. BLABLABLA"

Daaaaannn... aku pun nggak sengaja menangis haru ketika mendengarkan nasihat super pak Furqon yang punya sejuta pengalaman kerja; jadi seles, pengacara, teller, HRD, supervisor, wartawan, S2 bisnis internasional dan yang terakhir kini dia menjadi seorang konsultan bisnis, sekaligus motivator ESQ buatku. Gaya bicaranya yang penuh penekanan penting, intonasi naik turun yang begitu pas, gesture nya yang meyakinkan, benar-benar berhasil menamparku. Iya, aku berfikir bahwa bekerja tidak hanya sekedar besarnya gaji. Tapi juga harus pertimbangkan apakah Allah Ridlo jika kita melakukan pekerjaan itu. BAROKAH. Itulah yang terpenting.

Setelah dua jam kuliah bersama bapak Furqon yang berhasil membaca karakter kami, juga memberi banyak nasihat luar biasa yang mendewasakan, kami pun beristirahat di musholla.
"Waduh, sudah jam segini tapi kita baru berkunjung ke tiga rumah ya. Evaluasi pak Furqon tadi lama banget sih, jadi nguras banyak waktu. Padahal harusnya hari ini kita bertemu minimal 20 orang."
"Tapi aku seneng banget mbak. Jujur aku seneng banget bisa ketemu pak Furqon tadi. Makasih ya, mbak, sudah ngajak aku kesini tadi," kataku yang memang benar-benar kembali up karena nasihat dan motivasi pak Furqon.
"Wah, semangat sekali ya, mbak cantik ini. Padahal sudah seharian keliling tapi masih senyum manis aja,"
Hmmm.. kalau memang ini bagian dari 'diklat' untuk bekerja jadi Staff Admin di kantor ini, maka aku ikhlas ya Allah. Semoga aku bisa diterima.
"Nggak apa-apa ya mbak cantik, dikuliahin panjang lebar kayak tadi? Masih kuat kan?"
"Lho, mbak. Bukankah itu tujuan kegiatan kita hari ini? Ini diklat buat aku, jadi ya aku harus bisa ambil ilmunya dong mbak. Aku udah biasa aktif organisasi mbak. Aku pernah merasakan penolakan penerimaan, digembleng, dibentak, dihukum, dipermalukan, capek naik gunung, ngadain event, aku pernah ngalami itu mbak. Sekarang ini mah nggak ada apa-apanya."
"Alhamdulillah, kalau gitu ya mbak. Gimana? Mbak Nu*rin nggak kepingin jadi MT? Jenjang karirnya luar biasa lho..Ada plus bonusnya juga, kalau Admin cuma dapat gaji aja, tanpa bonus."
"Nggak mbak, Admin aja kali, ya.. Betul kata pak Furqon tadi, aku lebih cocok menjadi konseptor, bukan pekerja lapangan. Lagipula, aku juga nggak ngejar gaji plus bonus kok mbak,"
"Oh, gitu.. iya, nanti bilang sama manajer ya, semoga bisa keterima."

Setelah melakukan refleksi diri di mushola, kami lanjut ke rumah Hajah Kolilah. Setelah berhasil masuk ke rumah Bu Lil, beberapa kebohongan kembali dilontarkan oleh mbak Sil*vi. Parahnya, dia seolah memaksa Bu Lil untuk membayar 'uang garansi' yang Rp 300.000 itu dengan berkata bahwa aku adalah pengawasnya, dan aku akan marah jika dia tidak berhasil menyalurkan alat itu ke Bu Lil. Aku yang sedaritadi bertugas hanya 'tersenyum' pun seketika melontarkan satu kalimat "Mohon maaf ya, Bu Hajah". Ya, karena itulah yang kurasakan dalam batinku. Perasaan bersalah. [titik]. Aku tidak mau berbohong. Aku tidak bisa dan tidak mau mencoba untuk berbohong. Aku tahu bagaimana rasanya menjadi orang yang diganggu seles, dan akupun paham kondisi ekonomi Bu Lil yang tak bisa dengan mudah mengeluarkan 300.000 hanya untuk sabuk kesehatan yang entah benar-benar bisa menyembuhkan berbagai penyakit atau malah menimbulkan sakit hati. Semoga Bu Lil memaafkanku.

Kami pun segera pulang kembali ke kantor setelah gagal 'membujuk' Bu Kolilah.

Sampai dikantor, sang manajer menyilakanku duduk dan bertanya,"BAGAIMANA???" Satu kata yang aku sangat risih ketika mendengarnya. Satu kata tanya yang seolah memaksaku untuk memiliki jawaban, namun jawaban itu bersifat terbuka, dan aku harus mencaritahu sendiri apa jawaban yang benar. Hingga jika ditanya BAGAIMANA, aku selalu bingung untuk menjawabnya, BAGAIMANA? BAGAIMANA APANYA? dan akupun hanya bisa menjawab,

"Yaaaa... begitulah."
"Apa yang mbak Nu*rin rasakan?"
"Saya senang karena mendapat banyak ilmu hari ini."
"Oh, begitu. Saya lihat hasil tes tulisnya sangat luar biasa. Sudah tahu apa itu MT dan bagaimana jenjang karirnya?"
"Iya, sudah dijelaskan oleh mbak Sil*vi tadi. Saya paham,"
"Lalu, apa mbak Nu*rin masih ingin menjadi seorang staff Admin?"
"IYA, SAYA TETAP INGIN MENJADI STAFF ADMIN,"
Hmm... kok seolah aku dipaksa buat jadi seles  MT, ya??
"Begitu, ya, baiklah, nanti kami hubungi lagi untuk keputusan akhirnya ya,"

Daann... jam 7 malam aku mendapat sms: "SELAMAT, NU*RIN NA*FISAH DITERIMA UNTUK BEKERJA SEBAGAI MT DI PT. MAN*DIRI BLABLABLA"
Dengan perut geli dan rasa ingin terbahak yang membuncah aku pun membalas smsnya: "MAAF, SAYA TIDAK BISA JIKA TIDAK MENJADI STAFF ADMIN. TERIMA KASIH KESEMPATANNYA"
10 detik kemudian HP bunyi, eh ada sms : "IYA SAMA2 MBAK!!!"
Wuuussshh... pakai tanda seru juga lho... HHAHAHAHAHHAHA XD

It's not about MONEY. It's not about EXCELLENT CAREER. It's all about LIVING IN PEACE.
Bagaimana bisa kamu hidup tenang dengan penuh kebohongan?
Bagaimana bisa kamu hidup tenang dengan perasaan bersalah pada orang-orang yang terbohongi?
Karena aku tak bisa hidup tenang dengan hal itu.

Memang menjadi seorang SELES harus pandai mengemas barang dagangannya dengan apik, hingga orang akan rela dengan perasaan bangga dan senang hati membayarnya.
Tapi jika aku yang menjadi seorang SELES nya, maka aku akan menjadi PENGKHIANAT PALING MENYEBALKAN di perusahaan itu. Karena aku tidak mau bermain kata atau bahasa bersayap. Cukuplah pesawat, burung, hewan terbang dan pembalut yang bersayap. wkwkwk

GENERALISASI SELES  MT ALAT KESEHATAN:
1. Berbohong dan berkata manis itu harus
2. Mengganggu jam istirahat orang, tidak berniat begitu sih, tapi begitulah nyatanya
3. Memaksa untuk membeli dengan ribuan alasan untuk berkelit bahwa barang itu GRATIS, yang itu berarti bohong juga
4. Sengaja masuk ke perkampungan atau desa pelosok, yang mereka anggap warganya rata-rata pendidikan paling tinggi SMA, yang ekonominya dibawah rata-rata namun punya penyakit yang cukup parah hingga dirasa alat itu sangat bisa membantu meringankan bebannya.
5. Mulut yang harus pandai adu domba,
contoh: "Bu Hajah Munawaroh beli dua lho, Bu, masak bu Hajah Kolilah kalah sama bu Munawaroh," -> padahal katanya dia gak jualan -_-"
contoh lain: "Pak carik itu lucu ya, pak, masak katanya istrinya dua, humoris sekali orangnya," "Lho, mbak, pak carik nggak guyon itu. Istrinya memang dua, tapi jangan bilang siapa-siapa lho, mbak," "Lho, iya ta, pak? Terus, pak RW nggak pingin ikut jejak pak carik?" *sambil melirik ke bu RW* "Nggak, mbak, istri satu aja wis ribet kok," wajah bu RW tiba-tiba berubah merah dengan mulut yang ditekuk.

Buat kalian para SELES MT, plis be wise. Potensi mbacot kalian itu bisa dimanfaatkan ke hal yang jauh lebih bermanfaat dan lebih menjanjikan buat jadi orang sukses di perusahaan yang lebih baik.
Dan, buat kalian yang bercita-cita jadi seorang SELES, plis think twice. Tuhan nggak se pelit kamu kok kalo bagi-bagi kasih sayang. DIA bakal mudahkan jalan orang yang memudahkan jalan hidup orang lain. DIA bakal kayakan orang yang mengkayakan orang lain. DIA bakal mensukseskan orang yang mau mensukseskan orang lain. RahmatNya nggak berhenti sebatas ortumu yang sayang kamu kok. So, tenang aja, USAHA, JUJUR, SABAR dan IKHLAS pasti bisa bikin kamu tenang dan selalu positif terhadap lingkunganmu. :) insyaAllah.


Sebuah pekerjaan yang HALAL namun penuh KE-TIDAK-BERKAH-AN.
BUAT APA??? :)

1 comment: